Aku adalah anak sulung dari enam bersaudara kami memiliki keluarga yang hangat
dengan kasih sayang dari kedua orang tua kami. Mereka mendidik kami hingga dewasa
hingga berkeluarga. Bagaimana agar pola hidup sehat. Meskipun kami bukanlah
dari keluarga yang mapan.Tapi memang apa yang sudah digariskan sang maha
pencipta kita harus menerimanya.
Siang itu
tak disangka sudah beberapa hari adikku yang masih usia ± 29 tahun kejang-kejang
dipergelangan tangan menjadi kaku. Pertolongan pertama untuk memberi biang
kunyit agar normal kembali. Setelah berobat di pengobatan umum didiagnosa
gejala darah tinggi.
Namun tak
ada perubahan berarti dari pengobatan klinik terdekat. Ia memang sosok yang
mandiri tidak mau merepotkan orang lain. Tanpa sepengetahuan kami sekeluarga ia
bersama dengan istri dan anaknya menggunakan sepeda motor ke RSUD terdekat dari
daerah kami.
Setelah
beberapa jam ia menelpon kami sudah di ruang UGD. Setelah masuk ke ruang
perawatan kondisinya semakin menurun.
Bak
disambar petir disiang hari berdasarkan hasil lab kadar kreatinnya tinggi. Adik
Bapak mengalami gagal ginjal dokter berucap kepadaku.
Saat itu
juga kaki seperti tak bertulang seakan tak ada darah yang mengalir ditubuhku. Tak
tahan air mataku menetes dipipiku. Istrinya pun tak sadarkan diri mendengar
kabar yang sangat mengejutkan itu.
Ya Allah
kenapa engkau memberi cobaan diluar kemampuan kami.
“Maaf Pak di rumah sakit ini tidak ada
peralatan yang memadai untuk penderita gagal ginjal”.
Dipikiran kami bagaimanapun berusaha
agar adikku dapat ditangani. Hari menjelang gelap kami berpikir bagaimana biaya
untuk pengobatannya. Sedangkan adikku harus segera mendapat pengobatan.
Alhamdulillah ada seseorang dari
mantan atasanku menolong untuk biaya di rumah sakit nanti.
Ibu
rasanya aku tak sanggup membawa kendaraan sendiri ke rumah sakit kembali.
Akhirnya kami menggunakan angkutan umum untuk kembali ke rumah sakit.
Adikku sudah lemah, Kak rasanya aku
sudah tak kuat lagi. Kami beri semangat dia dan support dari teman-temannya.
Hari pun
menjelang malam, ada salah satu rumah sakit di luar kota yang mau menanganinya.
Dengan ambulan yang meraung – raung memecah keheningan malam. Sungguh pengalaman
pertama saya naik kendaraan itu.
Alhamdulillah setelah ditangani oleh
dokter disana kondisi semakin membaik walaupun harus di ICU beberapa hari.
Setelah
divonis gagal ginjal adikku harus melakukan cuci darah atau hemodialisa seminggu
satu kali di Jakarta dan sekarang memilih CAPD.
Walaupun
ia harus kehilangan pekerjaannya, ia adalah tulang punggung untuk keluarga.
Sampai
saat ini ia masih bisa berwiraswata untuk mencukupi kebutuhan anak dan
istrinya.
Nah
sobat, ini adalah sepenggal kisah dari saya begitu besar arti sebuah kesehatan.
Tapi memang kita tidak boleh putus asa dari segala cobaan dari yang maha kuasa.
Dengan sholat, sabar memohon kepada Allah SWT.
Insya
Allah ada jalan untuk kebaikan yang telah kita tanam.
Sekian
terima kasih.
No comments
Terima kasih telah berkunjung, semoga apa yang Anda cari disini akan bermanfaat untuk Anda. Beri opini Anda tentang artikel ini.